Rabu, 20 November 2013

Bersama-sama

Kau putarkan lagu
Mengiringi derap langkahku
Ku mainkan musik
Mengiringi semua gerakanmu

Mari kita bersama-sama
Terbang tinggi menuju angkasa
Berlari terus tanpa henti, dan
Kau akan menggapai mimpimu

Ku beri kau air
Untuk mengalirkan kesejukan
Kau berikan cangkir
Untuk ku isi dengan asa

Mari kita bersama-sama
Terbang tinggi menuju angkasa
Berlari terus tanpa henti, dan
Kau akan menggapai mimpimu

Percayalah
Pasti nanti kita bisa
Bersama-sama
Bintang pun menjadi lebih indah
Begitupun..
Kau dan aku..

Ku genggam tanganmu
Dan kau berjalan bersamaku
Kau rangkul bahuku
Membawaku untuk bersamamu

Mari kita bersama-sama
Terbang tinggi menuju angkasa
Berlari terus tanpa henti, dan
Kau akan menggapai mimpimu

Dan kita akan
Menggapai mimpi ini..

Senin, 18 November 2013

Wonderful Dear

Everyday
I think of you
Everyday
I wonder if you would see me

Tonight
I call you in my heart
Whisper to the stars
As the wind blows my mind

Everynight
I listen to a love song
Wonder if I could have a waltz
As the wind blows my heart

You're beautiful
Wonderful
But you're just way too high
Like the moon up there

You're beautiful
Wonderful
But you're just way too high
And I can't reach

You know
I will alwas be down here
See you shining beautifully
You know
I will always be right here
Raise my hand to reach you
My wonderful..
Dear..

You're beautiful
Wonderful
But you're just way too high
Like the moon up there

You're beautiful
Wonderful
But you're just way too high
And I can't reach

But I wish
Someday
I can fly
To hold you..

Minggu, 20 Oktober 2013

Memoir of My Grandma

For the uncounted times, I miss my grandma yang hidup bareng sejak aku lahir. Aku manggil nenekku dengan sebutan "iyak", hemm.. semua cucunya juga begitu.
Iyak.. hemm.. iyak itu sosok nenek yg sayang sama cucunya. They said, aku termasuk salah satu cucu kesayangannya. Percaya gak percaya, tapi emang gitu kenyataannya.
Jadi inget, dulu waktu kecil tuh suka tidur sm iyak. Suka masak kue sm iyak setiap mau lebaran. Masak menu makanan tiap hari juga diajarin iyak, termasuk dendeng balado yang top markotop. Hihi. Syeneeeng banget kalo inget masa-masa itu.
Asal tau aja, iyak itu koki masakan padang yg jago bikin makanan enak. Walopun udah lanjut usia, iyak tetep semangat masak dan rasa masakannya juga makin tambah markotop. Wuh! Jadi ngidam dendeng baladonya. You have to try! Tapi udah gak mungkin yaaa..
Oiya, ada salah satu hal yg paling aku suka, kutilnya iyak. Hahahaha itu letaknya di kaki kiri bawah paha atas dengkul sisi kiri. Ih bikin emeeeeeesshh! Abis ya, itu kan keras ya, terus kalo dipencet kenceng-kenceng ga ada rasanya. Yaudah gitu aja jadinya suka emesh mencetin kenceng-kenceng sampe iyak bilang sakit. Tapi nyatanya ga sakit-sakit haha.
Teruuuuus rambut iyak tuh panjang, sepinggang. Seneng banget dulu dandanin rambut iyak. Dikepang-kepang, dikonde-kondein, dijadiin eksperimen salon aku sampe rambut iyak kusut dan nyangkut di sisir. Tapi walopun kusut gitu iyak ga marah lho sama aku.. mhehehehehe.
Oiya, iyak tuh baik sebenernya, walopun kadang suka cerewet (semua orang termasuk aku juga cerewet) hehe. Tapi ya, iyak tau kapan waktunya marah, kapan waktunya nggak marah.
Aduuuuh.. inget banget deh tuh waktu ngilangin sepeda bulldog baru. Papi marah-marah karna aku ga inget pesennya supaya ga keluar rumah pas mau magrib. Begitu keluar rumah bawa sepeda, udah deh ludes itu sepeda gegara dihipnotis. Nah, pas papi marah-marah itu, mami juga malah ikut marah-marah, ikut ngebom juga. Padahal mah udah sedih banget, merasa bersalah dan takut banget. Pas waktu itu cuma iyak yang ngebelain. Cuma iyak yang berani marahin papi karna udah kelawatan ngehukum anaknya. Cuma iyak yg bisa dipeluk dan dipinjem bahunya buat nangis.. (aduh jd pengen nangis juga). Yaaahh.. cuma iyak yg pengertian waktu aku kecil.
Bener-bener masa-masa itu bikin kangen banget. Dan bikin nyesel juga. Nyesel kenapa? Karna semakin umurku bertambah, semakin berkurang pula masa-masa itu. Yaa.. akunya sih yg gitu. Gitu gimana? Yaa gitu deh pokoknya.
Hemm.. sampe pada akhirnya.. suatu hari iyak jatuh pas subuh-subuh dan persendian antara tulang kaki dan badan jadi sakit. Dari kejadian itu, iyak jd susah jalan, susah ngapa-ngapain. Walaupun sudah dibawa ke ahli tulang dan pengobatan rutin pun tetep ga sembuh. Dan semenjak itu iyak jd rentan, jadi suka sedih. Kalo aku jd iyak juga akan sedih, jalan mesti pake tongkat dan kursi roda :'(
Bertahun-tahun kaki iyak ga sembuh juga. Kondisi fisik iyak juga makin lemah karna sedikit bergerak. Sampai pada suatu ketika iyak dipanggil sama Yang Maha Kuasa. Huhu
Sedih banget ditinggalin iyak. Dan yang paling bikin sedih aku belum menjadi cucu yang baik buat iyak, malah jadi cucu yang acuh. Bodoh banget. Bodooooohh banget jadi cucu.
Sedihnya lagi aku ngerasain hari-hari sebelum iyak pergi. Tiap malem iyak ngeluarin suara, kaya manggil tapi bukan manggil. Dalem hati, kukira iyak minta dibacain doa atau
minta dingajiin. Kemudian dua hari sebelum iyak pergi, di kamarnya ada angin aneh dan suasana kamarnya jadi sayu. Begitu di depan pintu kamar (pintunya kebuka), aku ngambil kertas yg jatuh, tiba-tiba aja perasaanku gak enak. Deg! Dan tiba-tiba ngebatin, 'apa ini udah waktunya buat iyak?' Tapi tetep, aku ga percaya sama hati sendiri, aku gamau itu jadi pertanda buruk, gamau iyak pergi beneran.
Tapi ternyataaa.. besoknya iyak minta pergi ke rumah bunde (tanteku) di pdk.kelapa. Sehari di sana, besoknya, hari senin, pagi-pagi iyak diajak ngaji dan dituntun baca 2 kalimat syahadat sm bunde. Setelah itu terucap.. iyak menghembuskan nafas terakhirnya :'(
Shock, sedih, dan ga tau mesti gimana. Paling bikin sedih lg, karna aku belum jadi cucu yg baik buat iyak. Dan aku nyesel banget. Sampe sekarang masih suka kebayang-bayang. Harusnya aku nyuapin iyak, bukan naroin dan nyajiin makanan di meja iyak. Harusnya aku gantiin baju iyak, bukan naroin baju di atas kasurnya. Harusnya aku matiin AC tiap subuh karna ternyata iyak suka kedinginan. Harusnya banyak hal yg bisa aku lakukan untuk bikin iyak nyaman. Tapi.. dulu aku belum sadar sampe akhirnya iyak pergi di hari Senin di bulan Oktober. Huff..
Setelah iyak pergi, banyak banget bayang-bayang memori yg muncul sampe-sampe kebawa mimpi. Sekarang pun rasanya kurang kalo ga ada iyak, apalagi pas lebaran. Kerasa banget. Tapi gimana pun keadaan di sini sekarang, semoga iyak tenang dan bahagia di alam sana. Semoga iyak mendapat kebahagiaan yang belum pernah dirasain di sini. Aku minta maaf kalau belum jadi cucu yg baik, tapi sebenernya aku sayang sama iyak. Semua memori dan ingatan tentang iyak akan selalu ada untuk jadi sebuah kenangan buat cucunya. Semoga suatu saat nanti bisa bertemu lagi sm iyak walau di alam yang berbeda.
I miss you my grandma :'(

Senin, 30 September 2013

Last Night in September

Hembus angin menggelitik kulitku, menyapu rambutku dan juga bayang pikiranku. Suara daun-daun yang saling beradu menambah riuhnya bisikan hati yang sedang muram.
Dengan gontai, aku terus berargumen dengan pikiranku sendiri, meributkan hal yang tak perlu diributkan. Entah, aku hanya tak mampu mengatasi masalahku, aku hanya tak sanggup menjalani hari-hariku yang kurasa semakin berat. Aku hanya merasa sedih, gundah, sekaligus kesal. Kesal dengan situasi baru, gundah dengan pilihan yang harus kuambil, dan sedih karena aku tak bisa menghadapi kenyataan dengan kemampuanku.
Tak perlu aku ceritakan apa masalahku, yang jelas, sekarang aku sedang putus asa. Rasanya ingin ku lepas semua mimpi dari genggamanku hingga akhirnya melayang jauh dan menghilang dari hidupku..
Hhh.. bodoh memang, melepaskan mimpi hanya karena kesulitan yang bersifat sementara. Aku tahu, apa yang terjadi hanyalah ujian yang harus aku lalui. Aku pun tahu, semua ini kelak akan membuatku menjadi pribadi yang lebih baik. Tapi.. apa yang kurasa saat ini benar-benar menyesakkan hati. Masalah ini, masalah itu, di sana, dan di sini, membuatku semakin tak karuan. Jelas aku ingin semua ini berakhir, hingga akhirnya aku dapat menggenggam harapan untuk menyimpan kembali mimpi-mimpi yang hendak kulepaskan.

Selasa, 13 Agustus 2013

Nothing

This early morning, I lay on my bed. I can't sleep even though I'm sleepy and tired. My eyes get stuck, can't be closed. And I just can't stand this unwell feeling, unwell condition.
I have to practice my homework but it's 03:00 am. I have to sleep but it's 03:00 am. It's too late to sleep, too early to start my tuesday. So, I decide to stay and lay on bed with my eyes open.
I.. can't stand this. It's gonna be worse, my condition, my health. Since the day I got sick, I couldn't sleep at normal time. I couldn't live my normal life.
I was just tired, and now I am. I feel like it's enough but I just can't let my self giving up. I feel like it's time to end but I just can't let my self leaving my dreams away, leaving people behind.
I.. just need time to recover all the things have passed, the things I've done. I.. need time to prepare, to reach, to enjoy my dreams. I need more time to make my self better and better. I.. need time to make my parents, family, friends, and people happy. I need time to walk on a straight road that will bring me to God. Then, the time may come.

Selasa, 30 April 2013

Maria - Bagian 2




     "Danielle! Kemari!" Teriak Maria dengan suara yang berbisik saat melihat Danielle datang. Sabtu ini Maria akan membicarakan semua hal kepada Danielle. "Ayo, ikuti aku! Ku rasa sebaiknya kita membicarakan ini di tempatku saja."
     Dengan sangat tergesa-gesa Danielle berusaha mengikuti gerak langkah Maria yang terasa terlalu cepat baginya, "Maria, bisa, kah, kau berjalan lebih pelan sedikit? Aku tak bisa menyamai kecepatan denganmu."
     Maria pun memperlambat langkahnya dan kini menggandeng Danielle agar terus tetap berada disampingnya. "Kau tak biasa, ya, berjalan secepat ini? Kita harus cepat-cepat sampai sebelum ada orang lain yang melihat."

***

      "Baiklah, kunci pintunya."
     "Maria, ini tempat tinggalmu?" dengan raut wajah bingung dan mata yang setengah melotot Danielle menatap setiap sudut ruangan, "Mengapa kau tak pernah bilang padaku?" Sekali lagi Danielle hanya bisa mematung sambil menatap langit-langit ruangan itu, rupanya ia sedikit terkejut mengetahui Maria tinggal di tempat yang sebenarnya tak layak untuk ditinggali.
     "Aku takut kau mengatakannya pada ibu.." sambil menggaruk kepalanya Maria sedikit meringis kepada Danielle, "Jadi.. Aku tak memberitahumu soal tempat ini."
     "Setidaknya aku bisa meminta temanku untuk membantumu mencari tempat tinggal yang lebih layak."
     "Sudahlah Danielle, masalah tempat tinggal sudah tak penting lagi, sekarang yang paling penting bagiku adalah ibu.."
     "Oh, ya aku baru ingat, apa yang kau maksud dalam suratmu itu, Maria? Aku sama sekali tidak mengerti.." sambil melipat tangan Danielle berusaha untuk mencerna semua pemikiran yang ada dalam benaknya, "hmm.. sebenarnya aku mengerti tapi menurutku itu tak masuk akal."
     Maria menghampiri Danielle yang tengah berdiri di depan lemari makanan, "Awalnya aku juga berpikir seperti itu. Kupikir semua itu mustahil dan tak masuk akal, tetapi aku tidak bermimpi, Danielle, aku melihat paman dan bibi bersama Fanette secara nyata!" tukasnya dengan ekspresi yang tidak santai, "Kau tahu? Aku mendengar mereka merencanakan sesuatu untuk mencelakai ibu.."
     "Tapi.. bukankah Duval melakukannya hanya untuk mengelabui Fanette? Dia membelamu, bukan?"
     "Tidak. Paman Duval tidak pernah membelaku, Danielle, ternyata ia hanya berpura-pura agar aku percaya padanya dan menyuruhku tinggal jauh dari Versailles. Aku benar-benar tak habis pikir ia merencanakan sesuatu yang buruk terhadap keluargaku, Danielle!" Kini Maria benar-benar terbalut emosi dan rasa sedih, merah wajah dan nanar matanya membuat Danielle tampak khawatir terhadapnya.
       "Baiklah, Maria, tenangkan dirimu dulu.."
     "Bagaimana aku bisa tenang selagi ibuku terancam akan kejahatan paman dan bibi?" Napas Maria mulai menderu karena sesak yang menyangkut pada pangkal tenggorokannya, begitu sakit karena ia berusaha menahan air mata yang hendak jatuh.
     "Ada aku di sini," Danielle pun memeluk Maria untuk menenangkannya, "Aku akan membantumu, Maria, aku akan selalu mempertaruhkan hidupku untuk keluargamu."
     "Apa kau tahu, Danielle? Belakangan ini aku tiba-tiba saja selalu khawatir akan keadaan ibu. Awalnya aku berpikir rasa khawatirku ini tak masuk akal, tetapi sekarang terbukti ternyata alam bawah sadarku mengetahui rencana paman dan bibi." Air mata mulai menetes dan kini Maria semakin merasa sesak, "Aku takut ibu akan terluka. Kita harus melakukan sesuatu, Danielle!"
     "Ya, itu pasti. Pasti kita akan melakukan sesuatu untuk menggagalkan rencana pamanmu itu.."
     Dengan serius Maria dan Danielle merancang berbagai cara untuk menggagalkan rencana jahat paman Duval. Berbagai cerita, mulai dari kematian ayahnya sampai pertemuan antara paman Duval, bibi, dan Fanette, dirangkai menjadi kisah yang dapat menguatkan tuduhan Maria terhadap mereka.
     "Tapi, Maria, menurutku itu tidak bisa dijadikan pemberat tuduhan, keluarga besar pasti tidak akan percaya ini. Kita harus menemukan bukti dan saksi-saksi atas apa yang dilakukan Duval." Danielle pun semakin bingung.
     "Ya, kau benar, Danielle. Kita harus mencari saksi dan bukti yang kuat. Di antara seluruh pelayan pasti ada yang mengetahui tentang hal ini.." Sambil menerawang ke depan Maria terus berkata, "Apa kau ingat? Sebelum aku pergi dari rumah terjadi pemecatan pelayan di rumah, kan? Menurutku itu patut kita curigai."
     "Ya! Aku ingat! Memang aneh saat itu, menurutku tak ada yang salah dengan pelayan tetapi mengapa mereka memecat pelayan-pelayan itu? Memang patut untuk kita telusuri juga, Maria."
     "Baiklah, Danielle, kurasa sebaiknya kita pergi ke rumah saja dan menelusuri semuanya. Kau harus menyembunyikanku agar seluruh anggota keluarga tidak akan melihatku. Setelah itu kita akan menyusun recana lebih lanjut.." Dengan rasa lelah Maria menghembuskan nafasnya yang panjang, "Beruntung sekali aku mengetahui masalah ini, mereka ceroboh, kalau tidak mungkin aku tak akan tahu bahwa ibu dan kita dalam bahaya."
      "Apa kau yakin, Maria? Aku takut mereka melihatmu.."
      "Jangan takut, Danielle. Ayolah, kita berangkat sekarang."

***

      "Baiklah, Danielle, di mana tempat yang aman utukku bersembunyi di sini?" Sambil menarik napas dalam-dalam Maria terus memperhatikan sekitarnya. "Lebih baik kita cepat-cepat bersembunyi sebelum ada yang melihat."
     "Kemarilah, ikuti aku! Hati-hati melangkah, jangan sampai kau menginjak perangkap yang dibuat oleh Duval."
     Mereka berjalan melewati semak-semak dengan sangat hati-hati. Tanpa cahaya mereka menerka-nerka, tanah mana yang harus mereka injak, jalan mana yang harus mereka hindari. Dalam gelap mereka terus melangkah menuju tempat persembunyian yang telah dipersiapkan oleh Danielle.
     "Baiklah, Maria, ini dia.." Danielle membuka pintu yang rata dengan tanah sambil berbisik kepada Maria. "Masuk dan turunlah, Maria, ini tempat yang aman untuk kita bersembunyi."
     Tanpa ragu Maria melangkahkan kakinya menyusuri anak tangga menuju ruang yang gelap. Lantai yang berderak membuatnya merinding dan sedikit takut akan keadaan di bawah. "Danielle, apakah ruangan ini aman? Maksudku, yaa, tidak ada hewan-hewan liar yang kotor, kan?"
     "Ku rasa di dalam cukup bersih, aku baru membersihkannya dua minggu yang lalu."
     "Baiklah.. semoga saja di dalam tidak menyeramkan seperti apa yang kubayangkan, ya."

***

     "Maria, cepat bangun! Ada berita yang mencengangkan, Maria!" Dengan panik Danielle terus mengguncang tubuh Maria.
     Sekejap semua mimpi dalam tidur menghilang dan kini Maria terpaksa harus membuka matanya. "Mmmm.. Ada apa, Danielle? Ini masih terlalu pagi.."
      "Sepertinya Ibumu benar-benar sedang dalam bahaya."
     "Ya, memang Ibuku sedang dalam bahaya seperti yang kita bicarakan tempo hari, Danielle."
     "Bukan, bukan itu maksudnya. Sebaiknya nanti malam kita berjaga di dalam ruangan Ibumu, Maria. Aku akan memberitahunya bahwa nanti malam kita akan berada di dekatnya."
     Setengah menguap Maria berusaha mencerna apa yang dikatakan oleh Danielle. "Maksudmu? Kita sudah mulai bergerak nanti malam? Hah?"
     "Ya, begitulah kira-kira. Jangan lupa siapkan perlengkapan yang mungkin dibutuhkan, jika perlu kau harus membawa pisau! Sekarang aku harus bekerja. Aku akan mencari cara untuk membawamu ke ruangan Ibumu." Danielle segera berlari ke atas dan kembali melakukan rencana.
     Aduh, bagaimana ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Sepertinya sangat gawat, aku tidak mengira permasalahannya separah ini. Tidak, tidak, aku harus bergegas dan menyusun rencana untuk menghadapi kemungkinan terburuk. Ya, Tuhan, tolong aku. 
     Segera Maria beranjak dari tempat tidurnya, dengan cermat ia membaca strategi yang telah ia rencanakan bersama Danielle. Tak lupa Maria menyiapkan perlengkapan dengan teliti-mulai dari tali, perekat, paku, hingga pisau siap mengisi tasnya untuk malam ini. Kali ini Maria benar-benar serius memperhatikan segalanya. Sekuat hati berusaha untuk tetap kuat meski gemetar tubuhnya tak dapat ia tahan. Hatinya begitu berdebar saat membayangkan apa yang sedang terjadi hingga Danielle menyuruhnya berjaga malam ini. Benar-benar rasa khawatir sekaligus takut begitu menyelimuti batinnya.
     Selesai menyiapkan apa yang diperlukan, kini Maria segera membersihkan diri dan bersolek dengan indahnya. "Jangan sampai ibu melihatku dalam keadaan yang menyedihkan, bisa-bisa nanti ibu menangis karena aku begini." Sambil berkaca Maria memasukkan makanan ke dalam perutnya, "Aku juga harus makan banyak hari ini, untung Danielle meyiapkan bermacam makanan nikmat untuk menambah tenaga ekstra. Hemm.."
     Setelah bersiap-siap, Maria mulai memikirkan lagi strategi yang perlu ia lakukan nanti malam. Dengan gelisah Maria menerka-nerka apa yang akan terjadi, membayangkan bagaimana caranya ia dan Danielle membongkar rahasia si Duval, bibi Antoinette, dan Fanette yang jahat. Gusar sekali siang itu, sambil menunggu Danielle yang akan datang memberi petunjuk ia hanya bisa memendam rasa takut yang besar.

***

     "Maria, bagaimana persiapannya?" Tiba-tiba saja Danielle masuk ke tempat persembunyian dengan tergesa-gesa. "Maaf, ya, aku lama sekali di atas. Bagaimana? Masih ada yang perlu ku bereskan?" Danielle segera merapikan tasnya, napasnya begitu tersengal.
     "Kau kenapa, Danielle? Apa yang terjadi?" Dengan perasaan khawatir Maria bertanya pada Danielle.
     "Tidak ada apa-apa. Baiklah, sudah beres? Jika sudah siap, sebaiknya kita bergerak cepat. Orang-orang di atas sedang sibuk minum teh bersama di taman belakang."
     "Baiklah, Danielle, ayo, kita berangkat."



Would be coming soon.. 

Aku Cinta



Indah bunga
Merah merekah
Menghiasi senyum pagi ini
Indah bunga
Tak sekedar indah
Ada keajaiban di baliknya

Sama, seperti dirimu
Yang selalu menyimpan candu
Sama, seperti dirimu
Yang selalu membuat ku rindu

Oh, Tuhan tolonglah aku
Untuk biarkan dia tahu
Tuhan, bantulah aku
Untuk nyatakan padanya
Bahwa aku cinta

Pagi dan malam
Ku tatap lekat bayangmu
Untuk ku simpan di benakku
Setiap hari
Ku rela menunggu
Agar ku bisa bersamamu

Andai kau jadi milikku
Ku 'kan berjanji padamu
Untuk menjagamu selalu
Dan biarkan cinta menyatu

Oh, Tuhan tolonglah aku
Untuk biarkan dia tahu
Tuhan, bantulah aku sekali ini saja 
Untuk ku nyatakan padanya
Bahwa aku cinta
Cinta


Ratih Maharani - Jumat, 26 April 2013 - 23:30
------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Hemm.. Yang tertulis di atas adalah lirik sebuah lagu, hasil iseng-iseng tengah malem. Lagi nyanyi ngasal-ngasal, tiba-tiba aja lewat nada lagu sama liriknya. Langsung kebikin. Tapi.. chord iringannya belum diketemukan, maklum awam sama chord apalagi yang dalam jazz soalnya aransemennya mengarah ke jazz, tapi gak terlalu jazzy juga. hehe.. Oiya, lagu ini sebenernya cocoknya dinyanyiin sama cowo. Kadang suka ngebayang kalo dinyanyiin sama suara-suara yang syahdu. Ih apalagi kalo yang nyanyi suaranya kaya Glenn Fredly atau vokalisnya B.L.P. Seandainya ada yang mauuuuuu.. uu.. ngimpiii - xD. Maklum aja suara saya sedikit somplak, tapi yang penting masih bisa bunyi hihi..